Penulis: Tubagus Eko Saputra
Kamis, 1 Mei 2025 – Ribuan buruh yang tergabung dalam beberapa serikat buruh serta masyarakat sipil berkumpul di jalanan depan gerbang DPR RI. Para buruh turun ke jalan dengan menggelar aksi demonstrasi dalam rangka memperingati Hari Buruh yang diselenggarakan setiap tahunnya.

Para buruh telah berkumpul sejak pukul 09.30 WIB di depan TVRI. Selanjutnya, pada pukul 11.00 WIB, mereka melakukan long march dari depan Senayan Park hingga ke depan gerbang DPR RI.
Selain untuk memperingati Hari Buruh, aksi ini juga bertujuan agar negara mendengar aspirasi mereka. “Kami ingin didengar. Kami tidak punya serikat dan kami ingin didengar. Karena orang seperti kami begitu rentan dan begitu tidak terdengar, begitu senyap. Kalau orang-orang yang tidak punya serikat, setelah menginjak usia 35 tahun, karena satu dan lain hal terkena PHK atau lainnya, dan kemudian tidak lagi terjun ke dunia pekerjaan, maka hampir sulit sekali bagi generasi kalian nantinya untuk bisa masuk lagi ke dunia kerja,” ungkap Yaswin, salah satu buruh tidak berserikat yang ikut turun ke jalan.
Buruh yang turun ke jalan tidak hanya berasal dari sekitaran Kota Jakarta, tetapi juga dari daerah luar Jakarta. “Kita sebagai pekerja pasti banyak keluhan, khususnya para buruh yang berada di pinggiran-pinggiran kota, jauh dari ibu kota. Kita mengeluarkan suara, mengeluarkan unek-unek. Mungkin hanya ini salah satu cara kecil,” ucap Didit, seorang buruh yang datang dari Kabupaten Sukabumi.
Tuntutan utama dari para buruh adalah penolakan terhadap PHK massal yang kini marak terjadi. “Tuntutan utama kita adalah tolak PHK massal. Sekarang ini banyak PHK terjadi di banyak perusahaan. Untuk itu kita menolak hal tersebut,” ujar Albert Panogu dari Advokasi SBMM GSBI Coca-Cola Jakarta.
Selain tuntutan itu, Albert juga menyampaikan beberapa tuntutan lainnya. “Yang kedua, kita menolak adanya outsourcing atau alih daya. Sudah jelas kalau outsourcing atau alih daya itu diatur, hanya ada lima sektor yang diperbolehkan. Dan kita, teman-teman dari tim sales yang kebanyakan, tidak boleh termasuk ke dalam alih daya. Sedangkan banyak perusahaan sales yang melakukan itu saat ini. Nah, untuk yang ketiga, kita juga mendukung adanya undang-undang yang mengatur pekerja rumah tangga untuk gaji pokoknya,” tambah Albert dengan nada tegas.

Sekitar pukul 13.30 WIB, ratusan buruh kembali berdatangan untuk bergabung dalam aksi massa yang telah digelar sejak pukul 11.00 WIB.
Aksi demonstrasi ternyata tidak hanya diinisiasi oleh kalangan buruh dan masyarakat sipil, tetapi juga diramaikan oleh beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang turut menyampaikan orasi politik di mobil komando.

“Menurut saya, dengan posisi May Day, di mana kami tetap memutuskan untuk tetap berada di jalanan bersama gerakan buruh, gerakan tani, gerakan mahasiswa, dan perempuan, itu menjadi posisi yang politis bahwa memang kita tidak mau memudahkan penaklukan gerakan rakyat oleh pemerintahan saat ini,” tutur Dewi Kartika, Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), setelah menyampaikan orasi politiknya.
Tidak berhenti di situ, Dewi juga menyampaikan keresahannya terkait program hilirisasi swasembada energi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo. “Sekarang model pembangunan yang dilakukan oleh Prabowo adalah melakukan hilirisasi swasembada energi yang berbasis pada sumber-sumber agraria dan sumber daya alam. Di mana banyak proses pembangunan, proyek strategis nasional, kawasan ekonomi khusus, proyek-proyek pembangunan infrastruktur, itu berasal dari tanah-tanah petani dan masyarakat adat. Sehingga krisis ekonomi tidak hanya dirasakan oleh buruh-buruh manufaktur di perkotaan, di pabrik-pabrik, tetapi juga di sektor agraria dan sektor pedesaan. Saya pikir, pemutusan hubungan kerja di perkotaan maupun di pedesaan, termasuk kehilangan alat produksi bagi petani karena tanahnya dirampas, merupakan agenda politik yang memperlihatkan bahwa keberpihakan Prabowo belum ke sana,” jelas Dewi dengan nada lugas.

Atensi massa aksi mulai meningkat pada pukul 17.00 WIB, tepat ketika band The Jansen tampil membawakan lagu berjudul Kau Pemeran Utama di Sebuah Opera.
Tak berselang lama, tepat pada pukul 17.15 WIB, pihak kepolisian mulai melakukan pemukulan mundur terhadap para demonstran dengan membentuk barikade yang didukung oleh kendaraan taktis seperti water cannon, dan diikuti oleh aparat dari satuan Brimob.
Banyak massa aksi menjadi korban dari tindakan represif aparat dalam upaya pembubaran tersebut.